Puasa layaknya sebuah pertandingan. Pertandingan antara kita melawan segala macam keinginan dan hawa nafsu. Segala persiapan dan strategi mutlak kita perlukan saat menjalaninya. Tanpa persiapan dan strategi yang tepat dan jelas, bersiaplah menuai kekalahan: puasa kita tidak memiliki nilai, apapalgi harus mewujud menjadi sebuah ketakwaan, yang terlihat dari amalan kita sehari-hari saat usai menjanainya.
KEHIDUPAN setiap Muslim layaknya sebuah perjalanan. Berangkat dari satu titik menuju titik lain. Dunia layaknya sebuah pulau tempat beristirahat, saat perjalanan yang harus dilalui masih sangat panjang. Ada banyak kewajiban yang harus dilakukan di pulau itu. Tentu dengan waktu yang sangat terbatas: satu tahun, dua tahun, hingga ada yang memiliki banyak waktu, mungkin sampai seratus tahun.
Puasa adalah sebuah aktivitas yang harus setiap Muslim lakukan di pulau dunia tempat mereka beristirahat itu. Karena aktivitas puasa ini sangat diperhitungkan dalam perjalanan, agar sampai di tempat yang dituju, maka mempersiapkan perbekalan menjadi sebuah keharusan yang mutlak.
Persiapan, dalam banyak hal, menjadi tolok ukur berhasil atau tidaknya seseorang menjalani sebuah prosesi kehidupan. Kegagalan merencanakan, sama dengan merencanakan kegagalan. Demikian sebuah pepatah bertutur.
Sangat masuk akal. Seseorang yang memiliki rencana bepergian ke sebuah tempat harus memayahkan dirinya membuat tidak hanya landasan filosofis, makna, dan tujuan perjalanan itu, tapi juga hal-hal teknis, termasuk menyiapkan perbekalan: bekal apa yang harus dibawa?
Bayangkan jika kita berencana pergi ke sebuah gurun, atau tempat yang di sana tak sedikit pun air. Tanpa persiapan perbekalan air dan persiapan urgen lainnya, bukan hanya kegagalan yang akan kita peroleh, boleh jadi kematian menjemput kita di sana.
Bayangkan pula saat kita mengikuti sebuah pertandingan. Ia adalah aktivitas yang memerlukan bekal berupa strategi tepat dan jitu. Tanpa persiapan itu, apapu n pertandingannya, bersiaplah menuai kekalahan.
Lantas, apa yang harus kita persiapkan sebagai bekal melakukan puasa?
***
PUASA layaknya sebuah pertandingan. Pertandingan antara kita melawan segala macam keinginan dan hawa nafsu. Segala persiapan dan strategi mutlak kita perlukan sebagai bekal saat menjalaninya. Tanpa persiapan dan strategi yang tepat dan jelas, bersiaplah menuai kekalahan: puasa kita tidak memiliki nilai, apapalgi harus mewujud menjadi sebuah ketakwaan, yang terlihat dari amalan kita sehari-hari saat usai menjalaninya.
Artinya, puasa bukan hanya aktivitas tidak makan dan tidak minum. Lebih jauh dari itu, ia menuntut pengekangan segala hal yang berkaitan dengan nafsu. Maka, sesungguhnya bukan persiapan fisik yang lebih utama disiapkan, tapi persiapan mendekatkan diri kepada Yang Memerintahkan puasa, Allah Swt. Jika tali hubungan kita dengan Allah Swt rusak, ia mutlak untuk diperbaiki. Tali hubungan dengan Allah inilah yang kemudian kita namakan akidah..
***
KENAPA akidah? Akidah berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, atau pengencangan yang kuat. Ia meliputi keimanan dan mentauhidkan Allah, beriman kepada malaikat, beriman kepada kitab Allah, beriman kepada Nabi-nabi dan RasulNya, beriman kepada takdir baik dan buruk yang datang dari Allah, dan segala perkara ghaib. Karena itu, akidah menjadi sumber pokok segala aktivitas. Tak mungkin seseorang melakukan puasa jika akidahnya tidak benar. Atau, jika akidah seseorang tidak benar dan lurus, maka ia seperti seseorang yang bergantung pada tali yang hampir putus. Kecenderungan untuk tercebur ke dalam jurang di bawahnya sangat tinggi.
Bagaimana akidah kita menjelang aktivitas puasa Ramadhan nanti? Inilah pertanyaan mendasar yang harus mengawali kita menghadapi aktivitas itu. Tanpa mempersiapkan hal itu, boleh jadi puasa kita tidak sampai ke tepian. Bahkan, kegembiraan fitri kita tidak dibarengi dengan kegembirahan ruhani kita, karena kegagalan puasa kita akibat kegagalan merencanakannya di awal waktu.
Semoga, sajian kami pada edisi yang mengantarkan tema "Bekal Utama Ramadhan" ini menjadi bagian dari persiapan kita menjemput bulan penuh kemuliaan itu. Selamat membaca! Semoga bermanfaat. Wallahua'lam. (Syam/MQ)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar